Minggu, 02 Desember 2012

Your Birthday

Kencan malam ini dimana?
Makan Ikan Bakar lagi Hubby?

Aku ingin menyematkan kecupan di pipimu
Melantungkan "happy birthday" di telingamu
Memberimu sebuah bingkisan
Mengabadikan hari ini dalam sebuah album

kucari jalan ke Surga
di setiap sudut kucari
beranjak ke sana dan membawamu kembali
Tinggalkan Surga itu sampai aku mengijinkanmu kembali ke sana

Temani aku disini, dan peluklah anakmu

"Selamat Ulang Tahun.. not A Happy Birthday"

Selasa, 20 November 2012

TEAR

Ketika bersamamu, air mata ku bisa menyayat dan mengguncangmu
Hingga engkau selalu berusaha membuatku tersenyum
Di malam itu ketika gundah melanda, ketika terbersit bagaimana jika suatu saat engkau tiba-tiba tidak ada di sisiku, dirimu mendekapku erat dan berbisik akan selalu bersamaku dan menjagaku selalu, mengatakan padaku:
                                       "Jangan menangis, aku tak sanggup melihatmu menangis"

Ketika engkau memejamkan mata dan kuteriakkan namamu namun tak kau pedulikan
Aku menangis..
Menangis sejadi-jadinya.. berharap engkau akan bangun dan menghapus air mataku...ikut menangis bersamaku... tapi kau tak mengubrisku

Dalam mimpi pun kau berkata padaku "Jangan Sedih"

Pedih melihat senyum yang hilang dalam tidurmu
Pedih ketika telapak hangatmu tak lagi menyentuh wajahku

Tangan yang selalu menggengam ku dikala aku gundah
Wajah yang selalu kusentuh sebelum tidur
Senyuman nakal yang selalu membuatku tertawa
Pundak yang selalu tersedia untuk kubersandar

Semua air mata kujatuhkan tapi tak meluluhkan apapun
Tetap aku merana sampai matipun takkan tergubris..
Dunia yang tersisa memaksa ku menggunakan topeng
Tiap hari kulalui dalam luntai...
Kepastian yang kutunggu, pertemuan yang kupanjatkan...

Aku sangat merindukanmu...

Mengapa engkau menitipkan kata dalam mimpi: "Terimakasih telah menjadi istriku walau waktunya singkat, aku bahagia bersamamu"
Mengapa berucap dalam mimpi: "Terimakasih telah mencintaiku begitu dalam, tapi aku harus pergi"
Mengapa tak menitipkan kata: "Tunggulah aku sebentar lagi.. aku akan pulang dan kita melanjutkan hidup kita dengan anak kita?"

Laki-laki bodoh yang kucintai pergi begitu saja meninggalkan kata-kata bodoh
and the tears still falling..in the silent...

i wish for any imposibble thing to become possible





Selasa, 09 Oktober 2012

so many "Why"

Aku masih di sini...

Setiap pagi membuka mata.. kusadari aku masih disini
Setiap pagi membuka mata.. kusadari aku masih bernafas..
Setiap pagi membuka mata.. kusadari pula kau tak ada disisiku 

Sebelum kupejam mata di malam hari kubertanya akankah kumasih masih disini esok hari
Sebelum kupejam mata di malam hari kubertanya akankah kumasih bernafas esok pagi
sebelum kupejam mata di malam hari kubertanya akankah kulihat dirimu di sisiku esok pagi

Tiap hari bagaikan dejavu.. terputar dalam lingkaran permainan hidup
Mengapa kuharus mengalah? Mengapa kuharus menerima permainan ini?

Jika terkata "Tuhan tak kan memberikan cobaan di luar kemampuan umat-Nya"
Maka akan kuserukan "karena aku mampu makanya engkau di ambil dariku, jika saja aku lebih lemah akankah kau tetap disini, jika karena aku mampu telah membuatmu direnggut, maka diriku tak termaafkan, semua adalah kesalahanku". i hate all the fate.. hate my life.. hate everything take u away... 

Tiap waktu yang kujalani kini hanya seperti boneka di atas panggung...

Berharap ada yang memberikan jawaban..apa yang harus kulakukan untuk mengembalikan waktumu...

apa yang harus kukatakan kepada anak kita jika suatu saat ia bertanya "dimana ayahku? kenapa ia tak pernah pulang dan menggendongku?"

apakah keajaiban itu bullshit..
apakah doa itu bullshit..?

Ingin kupinta:

"Berikan aku satu hari dari hidup kalian masing-masing untuk mengembalikan waktu belahan jiwaku yang terhenti" 

U promise never leave, i'm asking where are u now?

Biarkan aku bertemu dan bersamamu lagi hingga akhir nafasku..kumohon....

Rabu, 12 September 2012

12 September

2010...
We Celebrate Our Wedding

2011...
Our Son is Born

2010
i have a new life with someone who i'm loving so much

2011
i have a new "small life" bring to this world

2010
With You A Dream Come True

2011
Without You And The Last Just "Responsibility" U Leave For Me

when will i wake up from this nightmare?



Jumat, 27 Juli 2012

i'm married and i'm proud of it

Menikah bagi sebagian orang adalah impian terindah
Walaupun bagi sebagiannya lagi adalah sebuah tanggungjawab
Kenyataannya menikah adalah sebuah impian yang harus dipertanggungjawabkan

Memulai hubungan dari hal yang sederhana…ketika merasakan “getaran” rasa ingin memiliki seseorang.. berubah menjadi perasaan yang kompleks.. Ingin berbagi segalanya dalam suka maupun duka…Mencintai dan ingin dicintai

Pernah merasakan disakiti, dikhianati, dikecewakan..
Pernah merasakan “bertepuk sebelah tangan”
Hingga bagai terangkum tak ada manis dalam hubungan asmara…
Terluka adalah sangat menyakitkan…

Tapi bertemu denganmu…
Merasakan kasih yang begitu lugu dan polos
Semua perhatian, janji, dan kasih sayang yang demikian rupa
Aku “jatuh cinta”

Pada seorang Pria lugu
Yang membuatku selalu nyaman
Pada seorang Pria pendiam
Yang selalu membuatku terpesona
Pada seorang Pria yang tak memiliki rumah mewah
Tak memiliki mobil mewah
Tak memiliki deposito bermilyar-milyar atau saham dimanapun
Tapi aku memiliki segala yang terbaik yang lebih dari cukup kudapatkan
Kemewahan yang lebih dari yang kubayangkan
Untuk pertama kalinya dicintai dan dihargai
Yang menerima segala keegoisan dan ketidaksempurnaanku
Yang membuatku akan melakukan apapun untuk menjadi yang terbaik
Dan membuat hidupku adalah berarti
Hingga kuputuskan akan menjadi istrinya, ibu dari anak-anaknya…
Menciptakan “Rumah” yang kami impikan

Memulai hidup baru…
Dan dalam perjalanan buah cinta kita bersemi dalam rahimku
Ia baru melewati setengah lebih dari kesiapannya melihat dunia
Ketika suatu waktu engkau tiba-tiba menghilang

Jerit, tangis, dalam ketidakberdayaan…
Dimanakah keadilan itu..
Mengapa harus dirimu, diriku, dan anak kita?

Kuselusuri tiap waktu dalam kelunglaian hingga tiba masa anakmu melihat dunia…
Kupasrahkan diri pada keadaaan.. ketika yang tersisa hanya tanggungjawab
Mengharapkan pelukan itu, genggaman itu, senyum, suara, dan kehangatanmu
Kemesraan, impian yang belum terwujud… aku menantikanmu kembali

Memenuhi janjimu…takkan meninggalkanku cepat
Hanya itu yg kupinta…

I’m married and I’m proud of it
I’m not a single parent
Meski bagaimanapun aku takkan menerimanya

Suamiku sedang bertugas di suatu tempat
Yang tak mengijinkannya melakukan kontak dengan siapapun
Ketika waktunya tiba dia akan pulang
Melihat anaknya, menggendongnya, memeluk ku lagi, dan kami akan berjalan bersama-sama… tertawa bersama…melalui tiap waktu bersama…dan takkan berpisah lagi.. sampai aku yang menghentikan nafasku…

I’m married and I'm proud of it
Aku akan disini…menantikanmu…
Bahagia bersamamu.. bahagia bersamaku.. bahagia sampai akhir kehidupan kita

Jangan mengucapkan terimakasih untuk hati dan cinta yang kuberikan untukmu
Hidup bersamamu adalah anugerah tiada tara yang dihentikan dengan kejam

Aku akan memejamkan mata
Membukanya kali ini
Dan menemukanmu.. ada disisiku lagi

Menginginkannya sekarang!!!


Selasa, 17 Juli 2012

There’s Nothing – Brown Eyed Soul’s Jung Yeop (OST 49 days)


Slowly, Tears fall without I notice it
I tried to swab, wipe it away many times
Though I can erase, though I can forget
no matter how I think, without you I cry
Without saying anything, you went away, it’s not, please
It’s okay to come back, It’s okay to come back
the short moment we separated, it was only a dream
Nothing happened, nothing happened
If this night passes, and I wake up, again, with you…
I repeat it in my heart, repeat it on my lips
I recall you many times, Afraid that I would lose you
Though I can erase, though I can forget
Without you, no matter how much I think, I’m fear
Without saying anything, you went away, it’s not, please
It’s okay to come back, It’s okay to come back
the short moment we separated, it was only a dream
Nothing happened, nothing happened
if this night passes and I wake up….
It’s okay to come back, It’s okay to come back
I love you, I still love you, please, please
Nothing happened, nothing happened
if this night passes and I wake up again with you

Falling Tears- Shinjae (OST 49 days)


You’re breathing, you’re living, in my heart
My heart is crying, you’re walking, in my heart
From the day you were beside me, you’re always in my thoughts, calling me
Cold tears keep shedding, falling non-stop,
My heart hurts because of you and it keeps hurting
On days that I miss you, days like these, because I’m missing you
My tears are falling again
I’m choking on the words, even swallowing it, the words “I love you”
Launching into the wind, flying far far away, I’m missing those words you said
The words that couldn’t be communicated to you, becomes a long sigh and flows through my heart
Cold tears keep shedding, falling non-stop,
My heart hurts because of you and keeps hurting
On days that I miss you, days like these, because I’m missing you
My tears are falling again
The you that’s always been appearing right in front of me,
is filling my heart, overflowing it
Becomes tears of heartache, yearning tears,
you keep living in my heart like that
Cold tears keep shedding, falling non-stop,
Because I love you, because these tears are tears of love
Even if you were by my side and couldn’t say those words,
I really love you

Even If I Live Just One Day-Jo Hyun Jae (49 days OST)


Even if I can only live for one day
Do you know how much
I miss you and how much my heart aches
I miss you so much, through the ravages of the passage of time
My tired footsteps bring me to your side, unknowingly
Even though I know there’s nothing I can do for you.
“I love you” – words
I keep shouting in my heart
“I love you” – words
I can only whisper behind your back
“I love you” – words
that I can’t speak for fear they will disappear
I love you so much it scares me
Like the galaxy of stars in the night
Within my sight but out of my reach and touch, Watching over you is my duty
Waiting every day till it becomes an obsession
Expectations of you rising above my height
“I love you” – words
I keep shouting in my heart
“I love you” – words
I can only whisper behind your back
“I love you” – words
that I can’t speak for fear they will disappear
I love you so much it scares me
[bridge]
I have to confess my love for you today
Even if I can only live for one day
Now I’m going to confess, I’m going to say “I love you”.

Merindukanmu..Menginginkanmu..Kembalilah!


Duduk bersamamu…
Menggengam tanganku…
Merasakan kehangatanmu
Mengapa itu kini hanya dapat kurindukan?

Menatap punggungmu ditengah keasyikanmu
Memperhatikan sosokmu yang melangkah ke arahku
Tersenyum padaku…
Mengapa itu kini hanya dapat kurindukan?

Menyentuh wajahmu...
Menghapal lekuk wajahmu dengan jemari ini
Merasakan tatapan lembutmu..
Mengapa itu kini hanya dapat kurindukan?

Kau yang selalu ada, tanpa kuharus bersusah menemukanmu...
Mengapa tak kutemukan disudut manapun?

Menutup mata dengan penuh harap
Agar ketika kutersadar... Engkau sudah ada disisiku lagi...
Dan hal yang kurindukan ini...
Pelukan hangat di malam hari dan kecupan mesra di pagi hari
Kembali menjadi milikku..

Menutup telinga pada ledekan orang akan keinginanku..
Menetapkan hati memohon pada langit dan bumi...
Menunggu saat itu tiba...
Ketika Janji menjadi Ikrar yang teguh...
Kubaktikan diri kepada Harapan...
Keajaiban akan menyadarkan...
Dan aku akan terpesona oleh kebahagiaan bersamamu dan anak kita..
Apapun yang dapat mengembalikanmu...akan kujalani...

Maafkan keegoisanku...
Hanya menjalani seperti keinginanmu..
Kuharus egois untuk kebahagianku bukan?
Dan inilah keegoisanku,...tak ingin melepas apa yang baru bermula...

Aku sangat merindukanmu dan tersenyum menantikanmu..

Kusimpan semua mimpi yang menakutkan itu
Kugantungkan di tiang permohonan...

Kembalilah dan bangunkan aku...

Minggu, 08 Juli 2012

Surat Seorang Anak Gadis Untuk Ayahnya



Belum sempat John meletakkan tas kerjanya sepulang ke rumah, matanya Tertegun melihat sebuah surat tergeletak di atas meja. Di sebuah amplop tertulis "Untuk ayah tersayang" Setelah belasan tahun menjadi single parent, baru kali ini Ada surat Untuknya dari Lucy, anak gadisnya. Ada apa?
 
Kalimat pertama pada surat itu sudah mengguncang hatinya;
Ayah tersayang, jika ayah membaca surat ini maka aku sudah tidak Ada di Rumah.
Sekalipun berat John melanjutkan bacaan kata demi kata.
 
Ayah, aku telah menemukan pria yang akan mendampingiku selamanya. Memang buat orang lain dia sudah terlalu tua, tapi bagiku pria berusia 45 Tahun masih tetap muda. Dia sangat energik ayah, kalau ayah mengenal lebih dekat dengannya pasti Ayah juga akan menyukainya. Ayah jangan terkecoh dengan tato di seluruh tubuhnya atau janggut Dan Brewoknya yang panjang atau puluhan tindik di telinga Dan hidungnya, karena Jauh di dalam hatinya IA adalah orang baik.
 
Ia sangat sayang padaku, Dan juga ayah dari anak di dalam kandunganku. Istrinya tidak keberatan aku mendampinginya, karena istrinya sudah sibuk Mengurus anaknya yang banyak.
 
Oh iya, ayah tidak usah khawatir tentang kehidupanku. Ia menguasai penjualan ekstasi di kota, jadi uang sama sekali bukan masalah Buat kehidupan kami.
Saya tahu IA sudah mengidap HIV sejak lama, tapi katanya dalam beberapa Tahun ke depan obat penyakit AIDS akan ditemukan jadi aku tidak perlu Khawatir bukan?
 
Ayah jangan bersedih karena aku bahagia. Usiaku sudah 18 tahun ayah jadi aku bisa memutuskan yang terbaik untuk Hidupku.
 
Tanpa sadar, air Mata sang ayah menetes jatuh ke lembar surat itu.
Bagaimana mungkin anaknya yang lucu Dan periang bisa menjadi seperti inii?
Lembar pertama surat pertama baru saja selesai dibacanya.
 
Tangan sang ayah bergetar, berat rasanya, tapi IA membuka lembar kedua Surat itu.
Kali ini isinya jauh berbeda.
 
Ayah sayang,
Maaf, sebenarnya surat di halaman pertama tadi tidak benar-benar terjadi.
Saya hanya ingin menggambarkan betapa kemungkinan terburuk bisa terjadi
Pada anak-anak gadis, Dan syukurlah aku tidak demikian.
Ayah bahagia bukan, kalau aku tetap bersama ayah?
Ayah bahagia bukan, aku tidak menghancurkan diriku seperti itu?
Tentu saja, mempunyai anak yang rapornya jelek, jauh lebih menguntungkan
Daripada mempunyai anak seperti itu.
Oh iya Ayah, raporku Ada di dalam tas, nilainya jelek, maaf ya.
Silahkan ayah lihat, jangan lupa ditandatangani.
Besok guru ingin bicara dengan ayah tentang nilai raporku, jangan marah ya.
Kalau ayah tidak marah melihat nilai raporku, aku sedang bermain di rumah
Sebelah, aku tunggu yah?
Love you Daddy.
 
"Lucy....... ...!" John berteriak Dan lari ke rumah tetangganya, IA akan
Mengitik habis anaknya yang 'keterlaluan' itu.
 
Lega rasanya hati John. Konyol tapi melegakan.
Tidak seperti kebanyakan ayah yang sedih melihat rapor anaknya yang buruk,
Hati John justru berbunga-bunga karena IA tidak kehilangan anaknya.
Memang kali ini, keterlaluan sekali becanda anak gadisnya!
(Terinspirasi dari humor yang pernah saya dengar)
 
Humor Dan Hikmah
Kali ini humor Dan hikmah tulisannya tidak ditulis dijudul, biar gak bocor Humornya.
 
Sebenarnya Lucy hanya ingin agar ayahnya tidak marah melihat rapornya yang
Buruk, untuk membuat masalah rapor buruk terlihat kecil IA membuat gambaran
Masalah besar yang mungkin terjadi sehingga masalah yang Ada jadi terlihat
Kecil.
 
Ini sebenarnya adalah seni bersyukur Dan seni berkomunikasi dengan diri.
 
Kalau Anda ingin bersyukur atas kesulitan yang Kita terima maka Kita
Sebaiknya membayangkan kesulitan lebih besar yang mungkin bisa Kita alami.
Dengan demikian Kita bisa menghindari diri dari stres atau kegalauan yang
Berkepanjangan.
 
Masalah kekecewaan hati atau rasa tidak bersyukur biasanya tidak
Berhubungan dengan uang tapi lebih karena penerimaan hati.
Orang yang tidak bersyukur biasanya FOKUS PADA YANG TIDAK DIPUNYAI
Sedangkan ORANG BERSYUKUR FOKUS PADA YANG DIMILIKI.
 
Kita bisa melihat anak kampung bahagia main layang layang yang 1 set
Berharga tidak lebih dari Rp 5000.
Tapi anak orang kaya ngambek pada orang tuanya padahal baru dibelikan
Pesawat remore control seharga 5 juta. Kenapa? Karena anak kaya itu suka
Dengan yang model baru seharga 15 juta.
 
Ada anak kaya yang ngambek pada orang tuanya karena link Internet putus
Satu Hari karena lupa bayar bulanan, padahal IA sudah beruntung bisa
Mengakses Internet selama 29 Hari sebelumnya.
 
Memang apa yang dilakukan Lucy pada Ayahnya John agak keterlaluan, tapi itu
Gambaran dramatis tentang bagaimana bisa membuat diri Kita bersyukur apa
Adanya.

Tersenyumlah Dengan "Hatimu"

Sebuah kisah yang sangat menyentuh bagi siapa saja yang membacanya.
Bener2 bagus dan indah maknanya, serta sangat mengharukan
Dari millis tetangga.... ......... pelajaran buat kita semua 
============ ========= ========= =======
Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap
orang memilikinya.  Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.
Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.
Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!
Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.
Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental,  dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.  Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."  Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli  sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir  semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum  dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua  lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak  tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini
telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak,  nyonya." Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya  saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,  Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga  saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."  Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk  lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang  tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba  meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata  "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang  pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami saling  berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan  'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat  membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan  meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka  satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan'  dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi  tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang  mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi  kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan
tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak  meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah  kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami,  mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu  melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya  merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang  tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.
Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih  sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini  ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan  keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke  depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika  akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan  paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama  cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan
gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para  siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana  sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di  deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya  dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.  "Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat'  dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh  orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku,  dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai  mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah  saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh  para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan  memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara  MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT  HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN
SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan  cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat'  yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini  akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun)  bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan  JEJAK di dalam hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk  berinteraksi dengan orang lain, 
Gunakan HATImu! Orang yang kehilangan  uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan  lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan  kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan  makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke  dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa
mendapatkannya.

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang  tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari  PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa  mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri....  

Selasa, 03 Juli 2012

Aku Ingin Menjadi Orang Yang Bertepuk Tangan Di Tepi Jalan

Just sharing, mendapatkan cerita ini dari sebuah milis : Nice Story, untuk menghargai bahwa setiap anak punya kecerdasan yang berbeda-beda, setiap anak itu unik. Mari kita bangga dan cintai anak kita :)

Aku ingin menjadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan

Anakku di kelasnya ada 50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku 
tetap mendapat ranking ke-23. Lambat laun membuat dia mendapatkan nama 
panggilan dengan nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah 
yang sesungguhnya. Sebagai orangtua, kami merasa nama panggilan ini 
kurang enak didengar, namun anak kami ternyata menerimanya dengan senang
hati. Suamiku mengeluhkan ke padaku, setiap kali ada kegiatan di 
perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap orang selalu 
memuji-muji "Superman cilik" di rumah masing-masing, sedangkan dia hanya
bisa menjadi pendengar saja.

Anak keluarga orang, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, 
juga memiliki banyak keahlian khusus. Sedangkan anak nomor 23 di 
keluarga kami tidak memiliki sesuatu pun untuk ditonjolkan. Dari itu, 
setiap kali suamiku menonton penampilan anak-anak berbakat luar biasa 
dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai matanya 
bersinar-sinar. Kemudian ketika dia membaca sebuah berita tentang 
seorang anak berusia 9 tahun yang masuk perguruan tinggi, dia bertanya 
dengan hati pilu kepada anak kami: Anakku, kenapa kamu tidak terlahir 
sebagai anak dengan kepandaian luar biasa? Anak kami menjawab: Itu 
karena ayah juga bukan seorang ayah dengan kepandaian luar biasa. 
Suamiku menjadi tidak bisa berkata apa-apa lagi, saya tanpa tertahankan 
tertawa sendiri.

Pada pertengahan musim gugur, semua sanak keluarga berkumpul bersama 
untuk merayakannya, sehingga memenuhi satu ruangan besar di restoran. 
Topik pembicaraan semua orang perlahan-lahan mulai beralih kepada anak 
masing-masing. Dalam kemeriahan suasana, anak-anak ditanyakan apakah 
cita-cita mereka di masa mendatang? Ada yang menjawab akan menjadi 
pemain piano, bintang film atau politikus, tiada seorang pun yang 
terlihat takut mengutarakannya di depan orang banyak, bahkan anak 
perempuan berusia 4½ tahun juga menyatakan kelak akan menjadi seorang 
pembawa acara di televisi, semua orang bertepuk tangan mendengarnya. 
Anak perempuan kami yang berusia 15 tahun terlihat sibuk sekali sedang 
membantu anak-anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat 
kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya kelak. Di bawah 
desakan orang banyak, akhirnya dia menjawab dengan sungguh-sungguh: 
Kelak ketika aku dewasa, cita-cita pertamaku adalah menjadi seorang guru
TK, memandu anak-anak menyanyi, menari dan bermain-main. Demi 
menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian 
menanyakan akan cita-cita keduanya. Dia menjawab dengan besar hati: Saya
ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon 
dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan 
membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang-bintang. Semua sanak
keluarga tertegun dibuatnya, saling pandang tanpa tahu akan berkata apa
lagi. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.

Sepulangnya ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan 
membiarkan anak perempuan kami kelak menjadi guru TK? Apakah kami tetap 
akan membiarkannya menjadi murid kualitas menengah? Sebetulnya, kami 
juga telah berusaha banyak. Demi meningkatkan nilai sekolahnya, kami 
pernah mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkannya di tempat 
bimbingan belajar, juga membelikan berbagai materi belajar untuknya. 
Anak kami juga sangat penurut, dia tidak membaca komik lagi, tidak ikut 
kelas origami lagi, tidur bermalas-malasan di akhir minggu juga tidak 
dilakukan lagi. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les 
belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan 
tanpa henti. Namun biar bagaimana pun dia tetap seorang anak-anak, 
tubuhnya tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat. Biar sedang 
diinfus dan terbaring di ranjang, dia tetap bersikeras mengerjakan tugas
pelajaran, akhirnya dia terserang radang paru-paru. Setelah sembuh, 
wajahnya terlihat kurus banyak. Akan tetapi ternyata hasil ujian 
semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap 
saja nomor 23.

Kemudian, kami juga mencoba untuk memberikan penambah gizi dan 
rangsangan hadiah, setelah berulang-ulang menjalaninya, ternyata wajah 
anak perempuanku semakin pucat saja. Apalagi, setiap kali akan ujian, 
dia mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, terus mencucurkan 
keringat dingin, terakhir hasil ujiannya malah menjadi nomor 33 yang 
mengejutkan kami. Aku dan suamiku secara diam-diam melepaskan aksi 
menarik bibit ke atas demi membantunya tumbuh ini. Dia kembali pada jam 
belajar dan istirahatnya yang normal, kami mengembalikan haknya untuk 
membaca komik, mengijinkannya untuk berlangganan majalah "Humor 
anak-anak" dan sejenisnya, sehingga rumah kami menjadi tenteram kembali.
Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak 
mengerti akan nilai sekolahnya.

Pada akhir minggu, teman-teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua 
orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing-masing, dengan membawa 
serta suami dan anak untuk piknik. Sepanjang perjalanan penuh dengan 
tawa dan guyonan, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan 
karya seni pendek. Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk
tangan dengan gembira. Dia sering kali lari ke belakang untuk menjaga 
bahan makanan. Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat agak 
miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap jus sayuran 
yang bocor ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah 
tangga cilik.

Ketika makan terjadi satu kejadian di luar dugaan. Ada dua orang anak 
lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa
Inggeris. Kedua anak ini secara bersamaan menjepit sebuah kue beras 
ketan di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga 
tidak mau membaginya. Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, 
mereka sama sekali tidak mau peduli. Orang dewasa terus membujuk mereka,
namun tidak ada hasilnya. Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah
sulit ini dengan cara sederhana yaitu lempar koin untuk menentukan 
siapa yang menang.

Ketika pulang, jalanan macat dan anak-anak mulai terlihat gelisah. 
Anakku terus membuat guyonan dan membuat orang-orang semobil tertawa 
tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan 
banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat 
anak-anak ini terus memberi pujian. Sampai ketika turun dari mobil bus, 
setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio masing-masing. 
Ketika mendengar anak-anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada
wajah suamiku timbul senyum bangga.

Sehabis ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. 
Pertama-tama mendapatkan kabar kalau nilai sekolah anakku tetap kualitas
menengah. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang hendak 
diberitahukannya, hal yang pertama kali ditemukannya selama 30 tahun 
mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman
sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya. Selain anakku, semua 
teman sekelasnya menuliskan nama anakku.

Alasannya sangat banyak: antusias membantu orang, sangat memegang janji,
tidak mudah marah, enak berteman, dan lain-lain, paling banyak ditulis 
adalah optimis dan humoris. Wali kelasnya mengatakan banyak usul agar 
dia dijadikan ketua kelas saja. Dia memberi pujian: Anak anda ini, walau
nilai sekolahnya biasa-biasa saja, namun kalau bertingkah laku terhadap
orang, benar-benar nomor satu.

Saya berguyon pada anakku, kamu sudah mau jadi pahlawan. Anakku yang 
sedang merajut selendang leher terlebih menundukkan kepalanya dan 
berpikir sebentar, dia lalu menjawab dengan sungguh-sungguh: “Guru 
pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang
yang bertepuk tangan di tepi jalan.” Dia pelan-pelan melanjutkan: “Ibu,
aku tidak mau jadi pahlawan, aku ingin jadi orang yang bertepuk tangan 
di tepi jalan.” Aku terkejut mendengarnya dan mengamatinya dengan 
seksama.

Dia tetap diam sambil merajut benang wolnya, benang warna merah muda 
dipilinnya bolak balik di jarum bambu, sepertinya waktu yang berjalan di
tangannya mengeluarkan kuncup bunga. Dalam hatiku terasa hangat 
seketika. Pada ketika itu, hatiku tergugah oleh anak perempuan yang 
tidak ingin menjadi pahlawan ini. Di dunia ini ada berapa banyak orang 
yang bercita-cita ingin menjadi pahlawan, namun akhirnya menjadi seorang
biasa di dunia fana ini. Jika berada dalam kondisi sehat, jika hidup 
dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati, mengapa 
anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati dan 
jujur.

Jika anakku besar nanti, dia pasti akan menjadi seorang isteri yang 
berbudi luhur, seorang ibu yang lemah lembut, bahkan menjadi seorang 
teman kerja yang suka membantu, tetangga yang ramah dan baik. Apalagi 
dia mendapatkan ranking 23 dari 50 orang murid di kelasnya, kenapa kami 
masih tidak merasa senang dan tidak merasa puas? Masih ingin dirinya 
lebih hebat dari orang lain dan lebih menonjol lagi? Lalu bagaimana 
dengan sisa 27 orang anak-anak di belakang anakku? Jika kami adalah 
orangtua mereka, bagaimana perasaan kami?

------End---------

Anakmu bukan milikmu.

Mereka putra putri sang Hidup yang rindu pada diri sendiri,


Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau,


Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.


Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,


Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri.


Patut kau berikan rumah untuk raganya,


Tapi tidak untuk jiwanya,


Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam mimpi.


Kau boleh berusaha menyerupai mereka,


Namun jangan membuat mereka menyerupaimu


Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,


Pun tidak tenggelam di masa lampau.


Kaulah busur, dan anak-anakmulah
Anak panah yang meluncur.


Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.


Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,


Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.


Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,


Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.


Khalil Gibran